Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 10/06/2008 | | 0 komentar »



Raga manusia termasuk derajat dimensi bumi yang akan kembali pada tingkat asalnya yaitu terurai lagi menjadi tanah. Sedangkah roh manusia termasuk derajat tertinggi, yang berasal dari Allah SWT. Hikmah yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa manusia mesti mengemban beban amanah pengetahuan tentang Allah, oleh karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam dua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupannya.
Iedul fitri merupakan sarana peningkatan rohani pasca pengembangan jiwa dan raga lewat perintah berpuasa. Tidaklah dipungkiri bahwa ketika rohani mampu menangkap sinyal illahiah, tatkala Ramadhan beban hidup terasa ringan bahkan seperti hidup tanpa beban. Namun seringkali pasca Ramadhan ini, tatanan hidup kembali pada posisi semula, inilah tantangan terberat dalam mempertahankan eksistensi rohani yang tersambung dengan illahi.
Nafsu yang sangat dominan dalam kehidupan kita, sudah sangat menyatu dalam keseharian kita. Sehigga pengaruh nafsu ini seringkali melunturkan warna yang sudah kita ukir di bulan Ramadhan kemarin. Ibadah dan amal sholeh rasanya berat kita pertahankan dalam keseharian kita, kemaksiatan kembali digelar dalam setiap kancah lini kehidupan. Memang disamping nafsu yang sudah dominan dalam kehidupan kita, setan sangat tidak rela apabila hamba – hamba yang berserah diri kepada Allah selalu mengabdi kepada – Nya. Sehingga dengan tipu daya setan laknatullah tersebut, mereka berupaya membelokkan setiap insan yang ingin bertahan dalam sinyal illahiah, bahkan merekapun sudah berjanji akan menggoda anak Adam untuk menjerumuskan kedalam kesesatan yang nyata, kecuali hamba – hamba yang ikhlas (Mukhlasin). Yaitu hamba yang selalu ikhlas dalam setiap lngkahnya hanya mencari ridho Allah semata.
Maka tidak ada jalan lain untuk memerangi nafsu dan setan pacsa Ramadhan ini kecuali harus mampu menyadap kekuatan illahiah lewat ibadah dan amal sholeh yang istiqomah dan berharap pada perlinduangan-Nya. Semoga kebersihan hati dan kembalinya fitrah manusia yang suci ini, mampu kita pertahankan setelah iedul fitri ini. Sebab inilah modal dasar kita yang nanti rela atau tidak akan meninggalkan dunia ini untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang kita lakukan selama waktu yang Allah berikan kepada kita “ Taqobbalallahu minna Waminkum Taqobbal Yaa Karim…”

0 komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template