Syabab dan Peradaban Islam

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/30/2008 | | 2 komentar »


Syabab dan Peradaban Islam
Dr. Abdul Mannan

Di antara sejumlah organisasi pemuda Islam di Tanah Air, Syabab Hidayatullah adalah yang termuda. Namun, bukan berarti organisasi ini tak memiliki kekuatan politik sama sekali. Syabab Hidayatullah, sebagai organisasi otonom, telah menempatkan kader-kadernya di seluruh Nusantara, mulai dari Sabang hingga ke Merauke. Jumlah Dewan Pimpinan Daerah (DPD) ada 172 buah. Bahkan, ada jugs di Timor Leste.

Syabab Hidayatullah adalah wadah generasi pelanjut misi organisasi massa Hidayatullah, yaitu memperjuangkan tegaknya peradaban Islam.

Organisasi ini bukanlah underbouw dari partai politik, meski para anggotanya diperkenankan untuk memilih partai yang relevan dengan visi organisasi induknya.

Kebijakan politik Syabab Hidayatullah sejalan dengan kebijakan politik organisasi induknya, yaitu menjaga integrasi bangsa yang saat ini terancam mengalami disintegrasi. Hidayatullah yakin seyakin-yakinnya bahwa hanya Islam yang dapat menyatukan pulau-pulau di Nusantara yang terserak dari Sabang hingga Merauke. Hal ini sudah teruji oleh sejarah.

Itulah sebabnya wawasan teritorial keindonesiaan menjadi salah satu doktrin bagi kader Syabab Hidayatullah. Sebab, lahan dakwah paling subur untuk menanam benih akidah Islamiyah adalah masyarakat Indonesia. Sehingga, sifat akomodatif yang non-partisan menjadi arus utama Syabab dan organisasi massa Hidayatullah saat ini.

Atas dasar itu, aktivitas utama kader Syabab Hidayatullah diarahkan pada upaya menggalakkan pendidikan dan dakwah. Pendidikan diutamakan dalam rangka mencetak kader-kader bangsa yang berkualitas secara spiritual dan intelektual. Sedang dakwah dihidupkan sebagai upaya merekrut massa sebanyak mungkin untuk menjadi basis dan pendukung eksistensi Hidayatullah sebagai organisasi massa.

Musyawarah Nasional Pertama Syabab Hidayatullah telah memfokuskan diri pada upaya revitalisasi spirit gerakan membangun militansi dan progresivitas kader. Ini didasari oleh pemikiran bahwa bangsa Indonesia akan porak poranda jika tidak ada pemuda yang mengisi kemerdekaan dengan karya nyata di tengah masyarakat. Dan, priotitas utama revitalisasi spirit gerakan ini adalah peningkatan pemahaman agama melalui belajar dan mengamalkan al-Qur'an, wahyu Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT).

Semangat belajar itu hendaklah tidak pudar meski kini tudingan miring sedang diarahkan kepada kalangan aktivis Islam. Ini terkait fitnah dan konspirasi pihak tertentu dengan dukungan bangsa-bangsa Barat untuk memojokkan Islam.

Tudingan dan fitnah itu perlu dijawab dengan aksi nyata. Jangan takut menunjukkan identitas Islam dan cara hidup islami. Justru sebaliknya, kita perlu menggencarkan gerakan memakmurkan masjid, mengkaji al-Qur'an, sambil membuktikan bahwa mereka yang aktif di masjid adalah orang-orang yang selalu siap membantu lingkungannya dengan penuh kasih sayang.

Upaya-upaya merusak citra Islam melalui fitnah dan tudingan-tudingan tidak akan mempan manakala kaum Muslim tetap istiqamah menghidupkan budaya islami di manapun mereka berada.

Kini, Syabab Hidayatullah diharapkan bisa mengambil posisi terdepan dalam menyukseskan Gerakan Nasional Mengajar-Belajar al-Qur'an (Gran MBA). Gerakan ini menjadi andalan bagi organisasi massa Hidayatullah untuk membangun peradaban Islam.
Melalui gerakan ini akan tertanam jiwa Qur'ani di hati masyarakat sebagai dasar membangun bangsa di masa depan, sekaligus salah satu amal yang diperintahkan junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW).

Read More..

LIBURAN

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/30/2008 | | 0 komentar »

Liburan Bersama Melinda
Liburan sekolah kemarin anak – anak PPAS Ar – Risalah di ajak berlibur bersama ke Surabaya oleh Hj. Melly Iskandar Nawawie, Direktur RSIA Melinda Kediri, selasa 8 Juli 2008 Tentu kebahagiaan bagi anak – anak Ar – Risalah, dapat berekreasi bersama karyawan Melinda mengunjungi objek wisata disana. Objek wisata yang dikunjungi antara lain Kebun Binatang Surabaya (KBS) kemudian ke Monumen Kapal Selam (Monkasel) dilanjutkan Ziarah ke makam Sunan Ampel dan diakhiri makan malam bersama di rumah makan padang ”Restu Bundo”.” Untuk itu terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Iskandar Nawawie yang telah mengajak kami rekreasi.” kata Syahri Al Fatih, mewakili keluarga besar Ar – Risalah. ” Semoga Allah meluaskan rezekinya kepada keluarga Ibu Iskandar Nawawie, sehingga dapat rekreasi kembali dimasa liburan sekolah yang akan datang.” ujarnya menambahkan. (ARS)

Read More..

Tentang Baitul Maal Hidayatullah Kediri

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/30/2008 | | 0 komentar »

Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Kediri adalah salah satu lembaga amil zakat nasional (LAZNAS) di bawah naungan ormas Hidayatullah yang bertugas untuk menghimpun dana masyarakat baik berupa zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dan dana kemanusiaan lainnya dan menyalurkannya kembali ke masyarakat yang berhak menerimanya melalui program Dakwah, Pendidikan, Sosial, dan Ekonomi.

Sebagai LAZNAS BMH telah mendapat pegukuhan dari Pemerintah berdasarkan SK. Menag. RI No. 538 Th. 2001. Sebagai upaya untuk memperluas jaringan dan jangkauan pemberdayaan maka BMH telah mendirikan cabang-cabang di setiap ibukota propinsi dan kota-kota besar lainnya.

Read More..

MARHABAN YA RAMADHAN

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/30/2008 | | 1 komentar »


Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan kepada kita sesuatu yang sangat istimewa yaitu kesempatan untuk bertemu dengan bulan suci ramadhan 1429 H.Oleh karena itu kami atas nama segenap pengurus dan pengasuh PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH KEDIRI mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah di Bulan Ramadhan 1429 H.Semoga menjadi insan yang mulia.

Read More..

PESAN RAMADHAN 1429 H

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/30/2008 | | 0 komentar »


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr wb
Marilah kita menyambut bulan Ramadhan tahun ini dengan bersyukur kepada Allah swt yang telah memberi kesempatan kepada kita untuk menikmati indahnya Ramadhan ke sekian kalinya. Datangnya bulan ramadhan adalah rahmat dan kado istimewa yang dikaruniakan Allah swt kepada kita.

Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada Rasulullah saw , yang mengenalkan Allah dan indahnya ajaran Islam kepada kita, yang mengajarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama, yang membawa rahmat bagi semesta.

Amma ba’du

Sebagai Pemimpin Umum, saya mengajak kepada seluruh jama’ah Hidayatullah dan seluruh kaum muslimin bersukacita menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan berbagi cinta dan kasih sayang. Datangilah orangtua, sanak saudara, famili dan handai tolan, kerabat dekat dan jauh, teman sekerja dan seperjuangan untuk meminta maaf dan mohon do’a agar kita dimudahkan menjalani hari-hari Ramadhan dengan khusyu, tawadhu, dan ikhlas lillahi ta’ala. Jika mampu, bawalah hadiah sekadar tali asih, tanda cinta, persabatan, dan persaudaraan di antara kita. Lapangkan dada dengan memberi maaf kepada siapapun (wal aaffiina ‘anin-naas), baik yang sengaja meminta maaf atau tidak. Datangi orang-orang yang memutus silaturrahim, sekalipun kaki kita terasa berat untuk melangkah. Sucikan hati kita sebelum memasuki bulan Ramadhan. Sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi, sehari menjelang Ramadhan adakan acara penyambutan dengan taushiyah yang berisi pesan-pesan inti sebagai bekal dalam menjalani ibadah puasa.

Jangan lupa, ketika melihat (ru’yat) hilal untuk berdo’a sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw: “Allahumma ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan penuh keamanan, keimanan, kesejahteraan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, bulan yang penuh kebaikan dan petunjuk”. (HR. At-Tirmidzi)

Di antara tradisi yang bisa kita teladani dari Rasulullah saw adalah mushahabah (partnership)nya dengan al-Qur’an. Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, beliau tadarrus al-Qur’an bersama Jibril. Beliau menyiapkan diri hidup bersama al-Qur’an dengan mengurangi aktifitas lainnya dan memanfaatkan waktu-waktu yang sangat berharga, sebab al-Qur’an adalah mu’jizat yang paling besar, yang tiada tandingannya, yang abadi hingga akhir zaman.

Kebersamaan Rasulullah dengan al-Qur’an dipenuhi dengan tadabbur dan tadzakkur. Muthrif bin Abdullah bin Syakhir berkata: “Aku masuk ke rumah Rasulullah saw dan beliau sedang shalat. Di dalam dadanya ada gemuruh seperti air mendidih, beliau sedang menangis karena larut dalam bacaannya”.

Kegiatan lain yang perlu ditiru dari Rasulullah saw adalah qiyamul-lail. Ketika bulan Ramadhan tiba beliau menghabiskan waktu malamnya untuk ber-tabattul (mengkhususkan waktunya untuk beribadah). Beliau memperpanjang ruku, sujud, do’a, dan menangis. Saat-saat seperti itu kegiatan yang utama adalah dzikir, istighfar, munajat, dan berdo’a.

Agenda lain yang bisa ditiru dari Rasulullah saw adalah berderma. Beliau adalah seorang yang paling dermawan, tapi jika bulan Ramadhan tiba, beliau lebih dermawan lagi. Beliau adalah orang yang paling banyak bershadaqah, baik dengan kebaikan, tersenyum, silaturrahim, dan lain-lain. Ajaklah keluarga kita untuk berderma, juga masyarakat muslim lainnya. Jadilah pelayan mereka, himpunlah dana mereka untuk membantu sesama dan fi sabilillah.

Pada Ramadhan tahun ini, saya mengajak jama’ah Hidayatullah dan kaum muslimin untuk menjalankan puasa secara lebih sempurna. Mari kita pahami makna puasa tak sebatas pada sisi syari’atnya, yaitu meninggalkan makan dan minum dari terbitnya fajar hingga maghrib, tapi kita puasakan juga hati, telinga, mata, lisan, dan tangan serta kaki.

Puasa Hati
Yang dimaksud dengan puasa hati adalah mengosongkannya dari segala sesuatu yang merusak, seperti kemusyrikan, kepercayaan yang batil, bisikan yang jahat, niat yang buruk, dan lintasan hati yang buas. Puasanya hati adalah menahan diri dari sifat-sifat yang hina, seperti takabbur, ujub, hasud, dan dengki.

Sebagian masih ada di antara kita yang menjalankan shalat, berpuasa, dan berhaji, tapi hatinya dipenuhi rasa sombong. Mereka tidak peduli kepada orang lain, tidak memberi dan menjawab salam, serta tidak tersenyum. Mereka berkhayal bahwa dirinya adalah orang yang paling mulia.

Tanda-tanda orang yang shaleh dan tidak sombong adalah murah senyum, berakhlak mulia, ramah, suka berkunjung, dan baik dalam bergaul. Di antara yang membatalkan amal shaleh, meredupkan cahaya hati, dan memperlambat menuju Allah adalah hasud dan dengki. Orang yang mempuasakan hatinya berusaha membebaskannya dari kedua penyakit tersebut. Rasulullah berpesan: “Janganlah kalian saling hasad, saling membenci, saling mencari kekurangan, dan janganlah kalian membeli sesuatu yang sedang ditawar orang lain”.

Puasa Telinga
Puasanya telinga adalah menahan diri dari mendengar perkataan yang mengandung khianat, keji, jorok, dan mungkar. Puasanya telinga juga berarti menahan diri dari nyanyian yang diharamkan, kata-kata yang mengandung dosa, dan kelakarnya ahli maksiyat. Termasuk di dalamnya adalah menahan diri dari mendengarkan berita yang menyimpang, bisikan-bisikan yang berbahaya, dan ide-ide yang jahat.

Tentu saja, tidak dianjurkan bagi kita menutup telinga rapat-rapat agar terhindar dari semua perkataan yang merusak, tapi cukup dengan menyibukkan telinga kita untuk mendengarkan nasehat, menyimak renungan dan pemahaman. Isilah telinga kita dengan lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an, lantaran al-Qur’an dapat menumbuhkan keimanan, hidayah, cahaya, ketenangan hati, kelembutan, kemuliaan, dan kesuksesan. Sesungguhnya, kebutuhan pokok telinga kita adalah mendengar dzikir, ilmu yang bermanfaat, nasehat yang berguna, adab yang melimpah, mutiara pengetahuan, dan perkataan yang jujur.

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil.” (Al-Qashash: 55)

Puasa Mata
Puasa mata berarti menahan pandangan dari yang haram, menghalanginya dari yang keji, dan menutupnya dari yang terlarang.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian dari pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (An-Nuur: 30)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. (An_Nuur: 31)

Rasulullah saw bersabda: “Tahanlah pandanganmu!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Banyak manfaat yang diperoleh dari menahan pandangan, diantaranya: (1) Allah mencukupkan nikmat-Nya dan memberikan kemuliaan hidup dunia dan akherat, (2) hatinya selamat, lega, dan bahagia, (3) jauh dari fitnah, aman dari cobaan, dan terjaga dari kesalahan, (4) pintu-pintu kemudahan dibuka, menggapai ilmu, ma’rifat, dan hikmah, dan (5) tertanamnya sikap furqan (mampu membedakan yang hak dan batil).

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigil”. (Al-Insaan: 12 – 13)

Puasa Lisan
Puasa lisan adalah menahan diri dari semua jenis perkataan yang sia-sia, ucapan yang menyakitkan, dan kata-kata yang diharamkan. Rasulullah saw bersabda: Jagalah olehmu, ini. Beliau berisyarat pada lisannya. Muadz berkata: Wahai Rasulullah, apakah kami akan disiksa atas ucapan kami? Rasulullah menjawab: Maukah ibumu kehilangan putranya, hai Muadz? Tidaklah manusia disungkurkan wajahnya ke dalam neraka melainkan setimpal dengan apa yang dahulu mereka ucapkan.

Ada sepuluh jenis penyakit lisan yang harus dijaga secara ketat, yaitu: dusta, ghibah, mengadu domba, berkata kotor, mencela, berkata keji, bersumpah palsu, sumpah serapah, mengejek, dan mengolok-olok.

Kita dituntut untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan adab-adab Al-Qur’an. Dalam hal ini kita harus mempertimbangkan setiap kata yang kita ucapkan dan menjaga kemuliannya. Dengan penjagaan itu insya-Allah setiap ungkapan kita menjadi peringatan, pandangan kita menjadi pelajaran, dan diam kita menjadi renungan.
Untuk itu, sejukkanlah hati dengan senantiasa berdzikir, berisitighfar, bertahmid, bertasbih, bertahlil, bersyukur, dan bertaubat. Jaga wibawa dan kharisma kita dengan kehormatan, kemuliaan, serta hal-hal yang merusak nama baik.

Puasa Tangan dan Kaki
Puasa tangan dan kaki adalah menahan keduanya dari segala perbuatan yang batil dan maksiyat, sebaliknya mengulurkannya dengan bersedekah, memberi makanan, menolong orang lain, peduli, bekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab.
Meskipun selama Ramadhan asupan makanan kita berkurang, pantang bagi kita untuk bermalas-malasan, bertopang dagu dan berpangku tangan. Kita harus tetap energik, bahkan seharusnya mempunyai energi berlebih untuk menambah perbuatan baik, membantu orang lain melalui shadaqah, menyediakan makanan untuk berpuka puasa, mengumpulkan dan membagikan zakat dan infaq, menuju masjid lebih awal untuk melaksanakan shalat berjama’ah, dan tak lupa kita juga harus tetap bekerja mencari nafkah dengan giat dan bersemangat. Puasa bukan bulan untuk tidur dan bermalas-malasan. Rasulullah dan para sahabat mengejar kemuliaan Ramadhan bahkan dengan jihad, berperang menghadapi musuh di medan laga.

Selamat menjalankan Ibadah Ramadhan, semoga Allah menjadikan kita sebagai kumpulan orang-orang yang bertaqwa.

Balikpapan, 15 Sya’ban 1429 H



KH. Abdurrahman Muhammad

Read More..

PROFIL PESANTREN HIDAYATULLAH KEDIRI

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/24/2008 | | 0 komentar »

Hidayatullah ( Cabang Kediri)lahir pada saat umat Islam sedang menantikan datangnya abad XV H yang diyakini sebagai Abad Kebangkitan Islam. Tema pokoknya pada saat itu adalah “Back to Qur’an and Sunnah”. Hidayatullah adalah sebuah gerakan pemikiran yang mencoba menerjemahkan slogan “Back to Qur’an and Sunnah” secara lebih konkrit sehingga Al-Qur’an dan as-Sunnah menjadi ‘blue print’ pengembangan peradaban Islami.

Hidayatullah ( Cabang Kediri) memandang bahwa kemunduran umat Islam lebih disebabkan karena pandangan yang parsial dalam memahami keholistikan ajaran Islam. Masing-masing kelompok mengambil tema dan titik tekan program sesuai dengan pandangannya yang sangat parsial bahkan tema dan titik program itu seringkali menjadi semacam ‘ideologi’ kelompok

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya.

Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973 / 2 Dzulhijjah 1392 H di Balikpapan dalam bentuk yayasan sebuah pesantren, oleh Ust. Abdullah Said (alm). Dari sebuah bentuk pesantren, Hidayatullah kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas), dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.

Ormas Hidayatullah

Sebagai organisasi massa, keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, demikian pula misi, visi, dan konsep dasar gerakannya. Hidayatullah menjadikan amal-amal usahanya bersifat otonom, dan berfungsi sebagai basis pendidikan dan perkaderan.

Hidayatullah merupakan wadah bagi komponen ummat Islam yang ingin mewujudkan idealismenya membangun masyarakat Islami dengan mengacu kepada metode/manhaj nubuwwah. Hidayatullah berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, karena itu segala urusan dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Agenda utama Hidayatullah adalah; pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) menuju lahirnya kepemimpinan dan ummat terbaik.

Read More..

KOLOM

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/24/2008 | | 0 komentar »

Jiwa Merdeka
Arif Fathurrahman.

Pada suatu hari, ketika Abdul Qosim Al Junaid RA, sedang menunggu jenazah bersama dengan orang orang, yang akan dishalatkan di Masjid Asy – Syuniziah. Tiba – tiba ada seorang miskin yang meminta – minta, melihat hal itu timbullah dalam perasaan Imam Al Junaid perasangka kurang baik timbul dalam hatinya.” Andaikan orang itu bekerja supaya tidak meminta – minta, tentu akan lebih baik baginya.”. peristiwa itu berlalu begitu saja.
Pada malam harinya, ketika Imam Al Junaid akan berdzikir yang biasa beliau kerjakan, ternyata terasa sangat berat tidak mampu berbuat apa – apa. Imam Junaid yang dikenal sebagi orang yang ‘Alim, guru para sufi hanya duduk termenung hingga tertidur dan bermimpi. Dalam tidurnya beliau bermimpi tentang peminta – minta yang dilihatnya siang tadi dan menasihati Imam Al Junaid agar tidak berburuk sangka walaupun dalam hati sekalipun.
Kisah Imam Al Junaid tersebut mengisyaratkan bahwa kedudukan spiritual seseorang yang tinggi di sisi Allah, karena ketaqwaannya kepada sang Khaliq, akan terbimbing hatinya walaupun hanya perasaan yang masih terpendam dalam hatinya.
Hal tersebut menunjukan bertapa setiap perbuatan seseorang yang selalu terkontrol oleh Allah tatkala sang jiwa hanya tergantung kepada Nya. Spiritual yang selalu terasah akan menghantarkan manusia pada puncak kebahagiaan dan terbebas dari belenggu permasalahan kehidupan yang semakin hari semakin berat.
Kemerdekaan /kebebasan jiwa inilah yang memacu semangat hidup mencapai tataran tertinggi dalam puncak kehidupan . Karena jiwa yang merdeka tidak akan terpengaruh dengan segala kesulitan dalam kehidupannya, walapun secara fisik dan materi kelihatan sengsara namun hanya karena kesadaran inilah bahwa apapun yang ada di dunia ini hanyalah semata – mata kehendak Allah. Dia akan menerima apapun yang terjadi. Inilah yang menghantarkan seseorang mampu menikmati karunia ilahi dalam setiap langkah kehidupannya.
Berapa banyak orang yang bergelimang harta, jabatan bahkan apapun bisa ia dapatkan. Namun karena jiwanya terbelenggu, maka hanya kecemasan dan ketakutan yang selalu ia dapatkan dalam menjalani hari – harinya . Naudzubillah…

Read More..

KELUARGA SAKINAH

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/24/2008 | | 0 komentar »

KUFU DALAM PERNIKAHAN

“Kufu berarti sama, sederajat, sepadan atau sebanding. Dalam pernikahan berarti laki-laki sedanding dengan calon isterinya, sama dalam kedudukan sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak serta kekayaan,” begitu Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunahnya menyebutkan.
Ada beberapa firman Allah Azza wajalla yang menafikan ukuran-ukuran kufu, seperti firman Allah SWT : “ Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara (Al- Hujurat :10). “ Kawinlah kamu dengan wanita - wanita yang kamu senangi” (An Nisa:3). “ …Dan dihalalkan bagi kamu selain daripada itu …” (An Nisa: …)
Rosulullah SAW telah menikahkan Zainab dengan Zaid, mantan budak beliau. Pada mulanya Rosulullah SAW meminangnya untuk Zaid, tetapi Zainab menolaknya, dia merasa keturunan Quraisy, sedangkan Zaid adalah mantan budak. Maka turunlah ayat 36 dari surat Al Ahzab:
“ Tidak patut bagi mukmin laki atau perempuan bila Allah dan Rosul Nya telah memtuskan sesuatu perkara, lalu mereka memilih pilihan mereka sendiri. Barang siapa durhaka kepada Allah dan Rosul Nya maka sesungguhnya ia telah sesat dalam kesesatan yang nyata.” (Al Ahzab 36).
Ada pesan dari Nabi SAW, artinya “ Jika datang kepadamu laki – laki yang agama dan akhlaknya kamu sukai maka kawinkanlah ia. Jika kamu tidak berbuat demikian akan terjadi Fitnah dan kerusakan yang besar di muka bumi.” (HR.Tirmidzi)
Dalam hadis ini Nabi SAW memerintahkan kepada para wali agar menikahkan putri – putrinya dengan laki – laki yang beragama dan berakhlaq mulia. Jika tidak, maka akan timbullah kerusakan dan fitnah dit tengah masyarakat.

Read More..

KISAH HIKMAH

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/24/2008 | | 0 komentar »

Dibalik Sebuah Pembuktian

Ada suatu riwayat dalam kitab Minhajul Abidin: Dikisahkan, adalah seorang saleh yang tengah mencari keyakinan ‘tambahan’ akan kebenaran atas kemurahan Tuhan dalam soal rezeki. Si saleh berjalan di tengah padang pasir, lalu tiba – tiba datang Syetan menggodanya, “ Di padang pasir ini tiada kesuburan dan tidak ada orang lain, engkau bisa mati karena tidak membawa bekal.

Mendengar godaan syetan Si saleh tidak bergeming sedikitpun. Bahkan dia mengambil sebuah jalan yang tidak biasa dilewati orang, ia berkata “ Aku tidak akan makan apapun, kecuali ada orang yang memasukan ke mulutku makanan dari jenis samin dan madu. Ditengah perjalanannya ia berkata “ Lama sekali aku berjalan dan ternyata ada seorang kafilah yang berjalan ke arahku, mungkin dia tersesat dan aku pun merebahkan diri ke tanah agar kafilah itu tidak melihatku.”

Tapi rupanya Allah mentakdirkan lain. Melihat ada seseorang yang tergeletak di tengah jalan, si kafilah merasa iba melihatnya. Kemudian ia membuka perbekalanya untuk diberikan kepada Si saleh yang pura – pura tergeletak pingsan, ia mengeluarkan samin dan madu untuk dimasukan ke dalam mulut Si saleh dengan harapan agar cepat siuman.

Ketika kafilah mulai memasukan samin dan madunya, Si saleh berupaya menutup mulutnya rapat – rapat. Dan tak disangka si kafilah memaksa membuka mulut Si saleh dengan pisau, dan ia pun tak bisa meyembunyikan kepura – puraanya hingga akhirnya Si saleh tertawa lepas..
Melihat kejadian itu kafilah bertanya penuh heran “ Gilakah engkau wahai saudaraku? Tadi aku melihat engkau tergolek dan sekarang kau malah tertawa sendiri?
Si saleh menjawab , “ Tidak! Aku tidak gila…! Lalu dia mengucapkan “Alhamdulillah…”.
Kafilah melihat jawaban tersebut bertambah heran tak terkecuali Si saleh, yang juga heran pada dirinya, pada seorang kafilah itu dan dengan rezeki yang selalu mengikutinya.
Kini Si saleh semakin mengerti dan yakin, ternyata rezeki tidak akan pergi kemana – mana, sekalipun sekuat tenaga menghindar darinya. Tentu ada sebaliknya, rezeki tida akan di dapat sekalipun berusaha mati – matian. Boleh jadi, semakin dikejar, semakin menjauh dan mungkin yang demikian itu bukan milik kita, bukan hak kita, namun kawan, saudara, tetangga atau orang lain yang lebih berhak mendapatkannya.
Namun sebelum sebuah langkah berani dimulai, sudahkah ada jaminan diri kita dekat dengan Allah, Tuhan penguasa alam? Bila belum lakukanlah hal itu dulu. Kerena memang Allah menjanjikan kepada kekasihnya (orang – orang bertawa) akan diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka – sangka. (Iksan/Suara Hidayatullah)

Read More..

Kajian Utama

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/24/2008 | | 0 komentar »


Bangkitkan Kembali Semangat Kemerdekaan

Kita bersyukur kepada Allah SWT, dihari ulang tahun (HUT) kemerdekaan ke 63. Bangsa Indonesia telah lepas dari penjajahan. Setelah para pejuang kemerdekaan bersusah payah merebutnya dari penjajah Jepang dan Belanda. Kumandang takbir ‘Allahu Akbar’ menggema, mengobarkan semangat perlawanan mengusir kaum imprealis, penjajah negeri.

Para ulama dan santri serta komponen bangsa lainnya, bahu membahu dengan semangat merdeka atau mati. Terus mengobarkan perlawanan dimana – mana. Dari sabang sampai merauke, di Aceh ada teuku Umar, Tengku Cik Ditiro dan Cut Nyak Dien, di Makasar ada Sultan Hasanudin ‘Ayam Jantan dari Timur’, di Kalimantan ada Sultan Antasari , di Banjarmasin Sultan Mahmud Badarudin, di Jawa ada Pangeraan Diponegoro, di Sumatera Barat ada Tuanku Imam Bonjol dan di Maluku ada kapitan patimura dan seterusnya yang bangkit mengusir kaum penjajah.

Bagaimana semangat kaum muda sekarang?
Kami berharap kaum muda sekarang dapat mewarisi semangat juang para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan dari Neo Kolonialisme, penjajahan gaya baru yaitu pengusaan aset – aset Negara ke tangan pihak asing.
Menurut Dr. Mohammad Amien Rais,bangsa kita masih melarat meskipun sudah 63 tahun merdeka. Hal itu dikarenakan kita belum sepenuhnya bebas dari cengkraman kekuatan asing. Masyarakat tidak mengetahui bahwa produksi minyak nasional sebesar 1 juta barel/hari sekarang ini sudah didominasi oleh korporasi asing.

Disamping itu muatan laut Indonesia sebesar 46,8 % dikuasai oleh kapal berbendera asing. Lebih dari 50 % perbankan nasional dikuasai asing. Bahkan kerjasama pertahanan dengan Singapura telah merugikan kepentingan pertahanan Indonesia (Dr.M. Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia)

Kita harus bangkit, membebaskan diri dari cengkraman asing seperti para pahlawan dulu, mengusir penjajah. Kita tidak boleh menjadi bangsa Inlander, semangat kepahlawanan para pejuang perlu dikobarkan kembali, ditengah – tengah arus deras globalisasi yang tidak menguntungkan bagi bangsa sendiri.
Kita adalah bangsa yang merdeka, yang tidak mau dijajah. Karenanya sadarilah diusia kemerdekaan yang ke 63 tahun ini, mari kita suarakan semangat merdeka, dari berbagai bentuk penjajahan .
“ Dirgahayu Indonesia Ku”

Read More..

Bangkitkan Kembali Semangat Kemerdekaan

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/01/2008 | | 0 komentar »

Kita bersyukur kepada Allah SWT, dihari ulang tahun (HUT) kemerdekaan ke 63. Bangsa Indonesia telah lepas dari penjajahan. Setelah para pejuang kemerdekaan bersusah payah merebutnya dari penjajah Jepang dan Belanda. Kumandang takbir ‘Allahu Akbar’ menggema, mengobarkan semangat perlawanan mengusir kaum imprealis, penjajah negeri.

Para ulama dan santri serta komponen bangsa lainnya, bahu membahu dengan semangat merdeka atau mati. Terus mengobarkan perlawanan dimana – mana. Dari sabang sampai merauke, di Aceh ada teuku Umar, Tengku Cik Ditiro dan Cut Nyak Dien, di Makasar ada Sultan Hasanudin ‘Ayam Jantan dari Timur’, di Kalimantan ada Sultan Antasari , di Banjarmasin Sultan Mahmud Badarudin, di Jawa ada Pangeraan Diponegoro, di Sumatera Barat ada Tuanku Imam Bonjol dan di Maluku ada kapitan patimura dan seterusnya yang bangkit mengusir kaum penjajah.

Bagaimana semangat kaum muda sekarang?
Kami berharap kaum muda sekarang dapat mewarisi semangat juang para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan dari Neo Kolonialisme, penjajahan gaya baru yaitu pengusaan aset – aset Negara ke tangan pihak asing.

Menurut Dr. Mohammad Amien Rais,bangsa kita masih melarat meskipun sudah 63 tahun merdeka. Hal itu dikarenakan kita belum sepenuhnya bebas dari cengkraman kekuatan asing. Masyarakat tidak mengetahui bahwa produksi minyak nasional sebesar 1 juta barel/hari sekarang ini sudah didominasi oleh korporasi asing.

Disamping itu muatan laut Indonesia sebesar 46,8 % dikuasai oleh kapal berbendera asing. Lebih dari 50 % perbankan nasional dikuasai asing. Bahkan kerjasama pertahanan dengan Singapura telah merugikan kepentingan pertahanan Indonesia (Dr.M. Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia)

Kita harus bangkit, membebaskan diri dari cengkraman asing seperti para pahlawan dulu, mengusir penjajah. Kita tidak boleh menjadi bangsa Inlander, semangat kepahlawanan para pejuang perlu dikobarkan kembali, ditengah – tengah arus deras globalisasi yang tidak menguntungkan bagi bangsa sendiri.

Kita adalah bangsa yang merdeka, yang tidak mau dijajah. Karenanya sadarilah diusia kemerdekaan yang ke 63 tahun ini, mari kita suarakan semangat merdeka, dari berbagai bentuk penjajahan .

“ Dirgahayu Indonesia Ku”
(wsm/admint/sm)

Read More..

Jadwal Kajian Bulan Agustus 2008

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/01/2008 | | 0 komentar »

01. Kajian Pembinaan Ummat
Hari/Tgl : Ahad, 03 Agustus 2008
Nara Sumber : Ustdazah Zahrotul Azmi
Waktu : Pkl. 06.00 WIB


02.Kajian Fiqih Zakat
Hari/Tgl : Ahad,10 Agustus 2008
Nara Sumber : Ust. H. Abdul Karim H
Waktu : Pkl. 07.00 WIB
Tempat : Kantor BMH Kediri


03. Pengajian silaturrahmi dari rumah ke rumah
Hari/Tgl : Setiap Selasa malam Rabu
Nara Sumber : Ust. Muchlisin & Ust. Suryat A, S.Ag
Waktu : Pkl. 20.00 WIB

04.Kajian Umum Bulanan
Hari/Tgl : Ahad, 17 Agustus 2008
Nara Sumber : Ust. Drs. H. Hasan Rofidi
Waktu : Pkl. 06.00 WIB


05.Kajian Keluarga Sakinah
Hari/Tgl : Ahad 24 Agustus 2008
Nara Sumber : Ust. H. Abdul Karim H
Waktu : Pkl. 06.00 WIB



06.Kajian Tafsir Al-Qur’an
Hari/Tgl : Setiap Senin malam Selasa
Nara Sumber : Ust. Sholihin, S. Ag
Waktu : Pkl. 18.00 WIB




(wsm/admint/sm)

Read More..
Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template