PESAN RAMADHAN 1429 H

Diposting oleh Buletin Ar-Risalah | 8/30/2008 | | 0 komentar »


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr wb
Marilah kita menyambut bulan Ramadhan tahun ini dengan bersyukur kepada Allah swt yang telah memberi kesempatan kepada kita untuk menikmati indahnya Ramadhan ke sekian kalinya. Datangnya bulan ramadhan adalah rahmat dan kado istimewa yang dikaruniakan Allah swt kepada kita.

Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada Rasulullah saw , yang mengenalkan Allah dan indahnya ajaran Islam kepada kita, yang mengajarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama, yang membawa rahmat bagi semesta.

Amma ba’du

Sebagai Pemimpin Umum, saya mengajak kepada seluruh jama’ah Hidayatullah dan seluruh kaum muslimin bersukacita menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan berbagi cinta dan kasih sayang. Datangilah orangtua, sanak saudara, famili dan handai tolan, kerabat dekat dan jauh, teman sekerja dan seperjuangan untuk meminta maaf dan mohon do’a agar kita dimudahkan menjalani hari-hari Ramadhan dengan khusyu, tawadhu, dan ikhlas lillahi ta’ala. Jika mampu, bawalah hadiah sekadar tali asih, tanda cinta, persabatan, dan persaudaraan di antara kita. Lapangkan dada dengan memberi maaf kepada siapapun (wal aaffiina ‘anin-naas), baik yang sengaja meminta maaf atau tidak. Datangi orang-orang yang memutus silaturrahim, sekalipun kaki kita terasa berat untuk melangkah. Sucikan hati kita sebelum memasuki bulan Ramadhan. Sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi, sehari menjelang Ramadhan adakan acara penyambutan dengan taushiyah yang berisi pesan-pesan inti sebagai bekal dalam menjalani ibadah puasa.

Jangan lupa, ketika melihat (ru’yat) hilal untuk berdo’a sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw: “Allahumma ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan penuh keamanan, keimanan, kesejahteraan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, bulan yang penuh kebaikan dan petunjuk”. (HR. At-Tirmidzi)

Di antara tradisi yang bisa kita teladani dari Rasulullah saw adalah mushahabah (partnership)nya dengan al-Qur’an. Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, beliau tadarrus al-Qur’an bersama Jibril. Beliau menyiapkan diri hidup bersama al-Qur’an dengan mengurangi aktifitas lainnya dan memanfaatkan waktu-waktu yang sangat berharga, sebab al-Qur’an adalah mu’jizat yang paling besar, yang tiada tandingannya, yang abadi hingga akhir zaman.

Kebersamaan Rasulullah dengan al-Qur’an dipenuhi dengan tadabbur dan tadzakkur. Muthrif bin Abdullah bin Syakhir berkata: “Aku masuk ke rumah Rasulullah saw dan beliau sedang shalat. Di dalam dadanya ada gemuruh seperti air mendidih, beliau sedang menangis karena larut dalam bacaannya”.

Kegiatan lain yang perlu ditiru dari Rasulullah saw adalah qiyamul-lail. Ketika bulan Ramadhan tiba beliau menghabiskan waktu malamnya untuk ber-tabattul (mengkhususkan waktunya untuk beribadah). Beliau memperpanjang ruku, sujud, do’a, dan menangis. Saat-saat seperti itu kegiatan yang utama adalah dzikir, istighfar, munajat, dan berdo’a.

Agenda lain yang bisa ditiru dari Rasulullah saw adalah berderma. Beliau adalah seorang yang paling dermawan, tapi jika bulan Ramadhan tiba, beliau lebih dermawan lagi. Beliau adalah orang yang paling banyak bershadaqah, baik dengan kebaikan, tersenyum, silaturrahim, dan lain-lain. Ajaklah keluarga kita untuk berderma, juga masyarakat muslim lainnya. Jadilah pelayan mereka, himpunlah dana mereka untuk membantu sesama dan fi sabilillah.

Pada Ramadhan tahun ini, saya mengajak jama’ah Hidayatullah dan kaum muslimin untuk menjalankan puasa secara lebih sempurna. Mari kita pahami makna puasa tak sebatas pada sisi syari’atnya, yaitu meninggalkan makan dan minum dari terbitnya fajar hingga maghrib, tapi kita puasakan juga hati, telinga, mata, lisan, dan tangan serta kaki.

Puasa Hati
Yang dimaksud dengan puasa hati adalah mengosongkannya dari segala sesuatu yang merusak, seperti kemusyrikan, kepercayaan yang batil, bisikan yang jahat, niat yang buruk, dan lintasan hati yang buas. Puasanya hati adalah menahan diri dari sifat-sifat yang hina, seperti takabbur, ujub, hasud, dan dengki.

Sebagian masih ada di antara kita yang menjalankan shalat, berpuasa, dan berhaji, tapi hatinya dipenuhi rasa sombong. Mereka tidak peduli kepada orang lain, tidak memberi dan menjawab salam, serta tidak tersenyum. Mereka berkhayal bahwa dirinya adalah orang yang paling mulia.

Tanda-tanda orang yang shaleh dan tidak sombong adalah murah senyum, berakhlak mulia, ramah, suka berkunjung, dan baik dalam bergaul. Di antara yang membatalkan amal shaleh, meredupkan cahaya hati, dan memperlambat menuju Allah adalah hasud dan dengki. Orang yang mempuasakan hatinya berusaha membebaskannya dari kedua penyakit tersebut. Rasulullah berpesan: “Janganlah kalian saling hasad, saling membenci, saling mencari kekurangan, dan janganlah kalian membeli sesuatu yang sedang ditawar orang lain”.

Puasa Telinga
Puasanya telinga adalah menahan diri dari mendengar perkataan yang mengandung khianat, keji, jorok, dan mungkar. Puasanya telinga juga berarti menahan diri dari nyanyian yang diharamkan, kata-kata yang mengandung dosa, dan kelakarnya ahli maksiyat. Termasuk di dalamnya adalah menahan diri dari mendengarkan berita yang menyimpang, bisikan-bisikan yang berbahaya, dan ide-ide yang jahat.

Tentu saja, tidak dianjurkan bagi kita menutup telinga rapat-rapat agar terhindar dari semua perkataan yang merusak, tapi cukup dengan menyibukkan telinga kita untuk mendengarkan nasehat, menyimak renungan dan pemahaman. Isilah telinga kita dengan lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an, lantaran al-Qur’an dapat menumbuhkan keimanan, hidayah, cahaya, ketenangan hati, kelembutan, kemuliaan, dan kesuksesan. Sesungguhnya, kebutuhan pokok telinga kita adalah mendengar dzikir, ilmu yang bermanfaat, nasehat yang berguna, adab yang melimpah, mutiara pengetahuan, dan perkataan yang jujur.

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil.” (Al-Qashash: 55)

Puasa Mata
Puasa mata berarti menahan pandangan dari yang haram, menghalanginya dari yang keji, dan menutupnya dari yang terlarang.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian dari pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (An-Nuur: 30)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. (An_Nuur: 31)

Rasulullah saw bersabda: “Tahanlah pandanganmu!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Banyak manfaat yang diperoleh dari menahan pandangan, diantaranya: (1) Allah mencukupkan nikmat-Nya dan memberikan kemuliaan hidup dunia dan akherat, (2) hatinya selamat, lega, dan bahagia, (3) jauh dari fitnah, aman dari cobaan, dan terjaga dari kesalahan, (4) pintu-pintu kemudahan dibuka, menggapai ilmu, ma’rifat, dan hikmah, dan (5) tertanamnya sikap furqan (mampu membedakan yang hak dan batil).

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigil”. (Al-Insaan: 12 – 13)

Puasa Lisan
Puasa lisan adalah menahan diri dari semua jenis perkataan yang sia-sia, ucapan yang menyakitkan, dan kata-kata yang diharamkan. Rasulullah saw bersabda: Jagalah olehmu, ini. Beliau berisyarat pada lisannya. Muadz berkata: Wahai Rasulullah, apakah kami akan disiksa atas ucapan kami? Rasulullah menjawab: Maukah ibumu kehilangan putranya, hai Muadz? Tidaklah manusia disungkurkan wajahnya ke dalam neraka melainkan setimpal dengan apa yang dahulu mereka ucapkan.

Ada sepuluh jenis penyakit lisan yang harus dijaga secara ketat, yaitu: dusta, ghibah, mengadu domba, berkata kotor, mencela, berkata keji, bersumpah palsu, sumpah serapah, mengejek, dan mengolok-olok.

Kita dituntut untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan adab-adab Al-Qur’an. Dalam hal ini kita harus mempertimbangkan setiap kata yang kita ucapkan dan menjaga kemuliannya. Dengan penjagaan itu insya-Allah setiap ungkapan kita menjadi peringatan, pandangan kita menjadi pelajaran, dan diam kita menjadi renungan.
Untuk itu, sejukkanlah hati dengan senantiasa berdzikir, berisitighfar, bertahmid, bertasbih, bertahlil, bersyukur, dan bertaubat. Jaga wibawa dan kharisma kita dengan kehormatan, kemuliaan, serta hal-hal yang merusak nama baik.

Puasa Tangan dan Kaki
Puasa tangan dan kaki adalah menahan keduanya dari segala perbuatan yang batil dan maksiyat, sebaliknya mengulurkannya dengan bersedekah, memberi makanan, menolong orang lain, peduli, bekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab.
Meskipun selama Ramadhan asupan makanan kita berkurang, pantang bagi kita untuk bermalas-malasan, bertopang dagu dan berpangku tangan. Kita harus tetap energik, bahkan seharusnya mempunyai energi berlebih untuk menambah perbuatan baik, membantu orang lain melalui shadaqah, menyediakan makanan untuk berpuka puasa, mengumpulkan dan membagikan zakat dan infaq, menuju masjid lebih awal untuk melaksanakan shalat berjama’ah, dan tak lupa kita juga harus tetap bekerja mencari nafkah dengan giat dan bersemangat. Puasa bukan bulan untuk tidur dan bermalas-malasan. Rasulullah dan para sahabat mengejar kemuliaan Ramadhan bahkan dengan jihad, berperang menghadapi musuh di medan laga.

Selamat menjalankan Ibadah Ramadhan, semoga Allah menjadikan kita sebagai kumpulan orang-orang yang bertaqwa.

Balikpapan, 15 Sya’ban 1429 H



KH. Abdurrahman Muhammad

0 komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template